Review Buku WIM, Cinta Tulus Masa SMA

Dilihat : 239

"Cinta adalah hal yang rumit. Dia datang tanpa diundang, dan pergi tanpa menyisakan kenangan. Dan, hanya lukalah yang didapat dari cinta yang tak berbalas."-Wim

Buku WIM menjadi buku kedua yang saya review pada Rabu ini. Buku yang juga membuat saya menyadari istilah 'cinta tak memandang umur' juga memiliki definisi lain. Jika masa SMA identik dengan cinta monyet, cinta sesaat dan main-main, justru buku WIM menunjukkan bahwa ketulusan cinta juga bisa hadir di masa SMA.

Buku WIM adalah novel nonfiksi yang ditulis oleh Rizki De. Novel ini menuliskan perjalanan cinta masa SMA seorang pria bernama Wim. Tidak hanya cinta, buku ini juga menggambarkan sosok Wim sebagai pria muda yang tangguh dan tidak menyerah di tengah kesulitannya. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dipetik dari buku ini. Simak ulasannya sebagai berikut.

Ketulusan Cinta Seorang Wim

Wim tidak berbeda dengan pria masa SMA lainnya yang suka melirik dan menggoda gadis-gadis lain. Tingkahnya tersebut ternyata mendapatkan teguran dari Romo Siswanto, Kepala Sekolah Wim di masa SMA. Romo Siswanto sendiri yang menyadarkan Wim untuk bertindak layaknya pria sejati dengan tidak menggoda gadis-gadis lain. Hal ini membuat Wim tersadar bahwa perempuan seharusnya diperlakukan secara terhormat.

Teguran dari Romo Siswanto membuat Wim tersadar hingga dia bertemu dengan pujaan hatinya. Namun sayangnya pujaan hatinya memiliki hati yang sedingin es. Namun Wim tidak menyerah begitu saja. Wim terus mengejar pujaan hatinya, mencari kesana- kemari, berusaha mendapatkan informasi mengenai dirinya, melindunginya, memastikan bahwa pujaan hatinya bahagia. Ketulusan cintanya ini yang membuat dirinya mampu mencairkan es dan merobohkan tembok yang dibangun oleh pujaan hatinya. 

Sisi ketulusan juga datang dari pujaan hati Wim. Sang pujaan hati yang berasal dari status ekonomi yang lebih tinggi ternyata tidak mempermasalahkan status ekonomi Wim. Hal ini dikarenakan Wim berasal dari keluarga yang tak mampu bahkan uang jajannya hanya cukup untuk membeli es teh dan kudapan kecil.

Cinta adalah Kesabaran

Wim tidak berbeda dengan anak muda lainnya yang takut akan penolakan. Namun Wim juga mengajarkan bahwa cinta itu tidak memaksa. Cinta itu adalah kesabaran. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan oleh Wim untuk menunjukkan ketulusannya pada sang pujaan hati. Tapi yang jelas, lebih dari satu bulan! Kesabarannya itulah yang juga membuat hati sang pujaan hati luluh dan mau terbuka dengan Wim. 

Cahaya di Penjuru Hati

Buku WIM mungkin bisa saya katakan sebagai prekuel dari buku Cahaya di Penjuru Hati. Sobat ANDI yang sudah membaca buku Cahaya di Penjuru Hati mungkin tidak akan asing ketika mendengar nama Wim. Yap, benar! Wim adalah nama panggilan dari Pak Gondo. Jika CDPH lebih menceritakan mengenai kisah cinta sejati antara Pak Gondo dan Bu Lily, Buku WIM lebih menceritakan kisah cinta antara Pak Gondo dengan cinta masa SMA-nya. 

Buku WIM tidak jauh berbeda dengan buku CDPH. Buku yang akan membuat kita tersenyum sendiri atau tertawa kecil melihat tingkah Wim. Buku ini cocok dibaca untuk sobat ANDI yang mencari arti cinta dan ingin bernostalgia ke masa lalu. Buku yang akan membuat kita belajar akan banyak hal mengenai kehidupan dan cinta.