Mengenal Sejarah Lumpia Semarang
Dilihat : 899
Semarang terkenal dengan kuliner lumpia Semarang yang berbahan dasar rebung. Ternyata lumpia Semarang memiliki sejarah panjang yang menarik.
Semarang menjadi destinasi wisata bagi banyak orang. Hal ini dikarenakan Semarang memiliki sejumlah objek wisata menarik dan bersejarah. Sebut saja Lawang Sewu yang selalu menarik perhatian wisatawan. Adapun Pantai Marina, Umbul Sidomukti, Kelenteng Sam Poo Kong dan sejumlah objek wisata menarik lainnya yang tak kalah terkenal.
Tidak hanya menjadi destinasi wisata, Semarang juga menjadi destinasi kuliner bagi banyak orang. Salah satu kuliner terkenal yang wajib untuk dicoba ketika mengunjungi Semarang adalah lumpia Semarang. Lumpia Semarang adalah makanan khas Semarang yang memiliki rasa manis dan gurih. Lumpia biasanya berisi rebung, ayam dan udang yang dibungkus dengan kulit berbahan dasar terigu.
Sejarah Lumpia Semarang
Lumpia Semarang/inews.id
Sejarah lumpia Semarang dimulai pada abad ke-19 ketika Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian memutuskan untuk tinggal di Semarang dan membuka bisnis makanan khas Tiong Hoa berupa makanan pelengkap yang berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Wasih, orang Jawa asli yang juga berjualan makanan yang sama dengan Tjoa Thay Joe. Hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang serta udang.
Tjoa Thay Joe dan Wasih kemudian saling jatuh cinta dan menikah. Pernikahan mereka membuat bisnis mereka bersatu dan menyebabkan percampuran dari kedua makanan tersebut. Isi dari kulit lumpia diubah dengan isi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung. Isi tersebut kemudian dibungkus dengan kulit lumpia khas Tiong Hoa. Lumpia tersebut tidak amis karena menggunakan udang dan telur. Adapun rasa rebung yang manis dan kulit lumpia yang renyah jika digoreng.
Mereka menjual jajanan tersebut di Olympia Park, pasar malam Belanda yang membuat jajanan tersebut dikenal dengan nama lumpia. Usaha mereka membesar dan diteruskan oleh anak-anak mereka, Siem Gwan Sing, Siem Hwa Noi yang membuka cabang di Mataram. Sementara itu, Siem Swie Kiem meneruskan usaha warisan ayahnya di Gang Lombok No.11. Hingga saat ini lumpia Semarang banyak digemari dan biasanya disajikan dengan saus manis kental dengan acar dan lokio. Penyajian lumpia bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu lumpia goreng dan lumpia basah.
Untuk mengetahui secara lebih lanjut mengenai lumpia dan kuliner lain di daerah Semarang dan sekitarnya, kita bisa membaca buku Kuliner Semarangan. Buku tersebut berisikan kumpulan informasi tentang sejarah dan asal usul kuliner pada 10 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah bagian utara, yaitu Batang, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, Rembang beserta Lasem, Blora dan Grobogan beserta Purwodadi.
Mengenal Sejarah Lumpia Semarang
Dilihat : 899
Semarang terkenal dengan kuliner lumpia Semarang yang berbahan dasar rebung. Ternyata lumpia Semarang memiliki sejarah panjang yang menarik.
Semarang menjadi destinasi wisata bagi banyak orang. Hal ini dikarenakan Semarang memiliki sejumlah objek wisata menarik dan bersejarah. Sebut saja Lawang Sewu yang selalu menarik perhatian wisatawan. Adapun Pantai Marina, Umbul Sidomukti, Kelenteng Sam Poo Kong dan sejumlah objek wisata menarik lainnya yang tak kalah terkenal.
Tidak hanya menjadi destinasi wisata, Semarang juga menjadi destinasi kuliner bagi banyak orang. Salah satu kuliner terkenal yang wajib untuk dicoba ketika mengunjungi Semarang adalah lumpia Semarang. Lumpia Semarang adalah makanan khas Semarang yang memiliki rasa manis dan gurih. Lumpia biasanya berisi rebung, ayam dan udang yang dibungkus dengan kulit berbahan dasar terigu.
Sejarah Lumpia Semarang
Lumpia Semarang/inews.id
Sejarah lumpia Semarang dimulai pada abad ke-19 ketika Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian memutuskan untuk tinggal di Semarang dan membuka bisnis makanan khas Tiong Hoa berupa makanan pelengkap yang berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Wasih, orang Jawa asli yang juga berjualan makanan yang sama dengan Tjoa Thay Joe. Hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang serta udang.
Tjoa Thay Joe dan Wasih kemudian saling jatuh cinta dan menikah. Pernikahan mereka membuat bisnis mereka bersatu dan menyebabkan percampuran dari kedua makanan tersebut. Isi dari kulit lumpia diubah dengan isi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung. Isi tersebut kemudian dibungkus dengan kulit lumpia khas Tiong Hoa. Lumpia tersebut tidak amis karena menggunakan udang dan telur. Adapun rasa rebung yang manis dan kulit lumpia yang renyah jika digoreng.
Mereka menjual jajanan tersebut di Olympia Park, pasar malam Belanda yang membuat jajanan tersebut dikenal dengan nama lumpia. Usaha mereka membesar dan diteruskan oleh anak-anak mereka, Siem Gwan Sing, Siem Hwa Noi yang membuka cabang di Mataram. Sementara itu, Siem Swie Kiem meneruskan usaha warisan ayahnya di Gang Lombok No.11. Hingga saat ini lumpia Semarang banyak digemari dan biasanya disajikan dengan saus manis kental dengan acar dan lokio. Penyajian lumpia bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu lumpia goreng dan lumpia basah.
Untuk mengetahui secara lebih lanjut mengenai lumpia dan kuliner lain di daerah Semarang dan sekitarnya, kita bisa membaca buku Kuliner Semarangan. Buku tersebut berisikan kumpulan informasi tentang sejarah dan asal usul kuliner pada 10 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah bagian utara, yaitu Batang, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, Rembang beserta Lasem, Blora dan Grobogan beserta Purwodadi.