Jenis-jenis Depresi yang Perlu Kamu Ketahui

Dilihat : 266

Depresi adalah masalah kejiwaan yang sudah banyak diketahui. Depresi memiliki banyak jenis. 


Depresi adalah salah satu penyakit kejiwaan yang sudah cukup banyak dialami oleh orang. Depresi ternyata memiliki beragam jenis. Oleh karena itu, tidak semua orang mengalami jenis depresi yang sama. Jenis depresi dapat dibedakan dari yang ringan hingga yang berat. Yuk, simak jenis-jenis depresi yang ada di bawah ini!

 

Depresi Mayor

Depresi mayor adalah depresi yang paling umum terjadi. Orang yang terdiagnosis depresi ini pada umumnya akan merasakan kesepian, putus asa dan kesedihan secara terus-menerus selama lebih dari dua minggu. Jenis depresi ini sangat memengaruhi pengidapnya karena mampu mengganggu rutinitas sehari-hari.


Distimia

Jenis depresi satu ini dapat terjadi dalam waktu tahunan, yaitu dua tahun atau lebih. Distimia memiliki gejala yang lebih ringan atau justru lebih berat dari jenis depresi sebelumnya. Orang yang didiagnosis dengan distimia pada umumnya akan merasa kurang percaya diri, kurang percaya diri, sulit berkonsentrasi dan mudah putus asa. 


Depresi Psikotik

Jenis depresi ini ditandai dengan adanya gejala depresi berat seperti halusinasi  atau gangguan psikotik. Jenis depresi ini pada umumnya dialami oleh orang tua. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan orang yang masih muda dapat terdiagnosis menjadi depresi psikotik. Biasanya depresi ini terjadi karena adanya trauma masa kecil. 


Depresi Postpartum

Jenis depresi ini adalah jenis depresi yang pada umumnya dirasakan oleh Ibu-ibu yang baru saja melahirkan. Depresi postparfum biasanya dikenal dengan sebutan baby blues syndrome. Gejala depresi ini meliputi nafsu makan yang berkurang, sulit menghasilkan ASI, merasa tertekan hingga memiliki keinginan untuk menyakiti diri dan bayinya. 


Depresi Situasional 

Jenis depresi ini adalah jenis depresi yang tidak menentu. Jenis depresi ini biasanya memiliki gejala murung, pola tidur dan makan yang mendadak berubah.   Biasanya terjadi karena respon otak terhadap stress yang dialami. Penyebabnya juga bisa terjadi, baik karena hal positif seperti penyesuaian dengan lingkungan baru hingga kejadian yang menyedihkan.