SEBENTUK BAHAGIA DI SENJA ITU
Dilihat : 460
Hari ini…, di
pagi yang cerah , aku tidak berangkat
sekolah lagi. Rasanya malas beranjak
dari rumah ini. Semua serasa sepi, tanpa kehadiran Mama.walaupun ada
adik-adikku yang bermain riuh rendah, akan tetapi itu tidak membuat keceriaan
di hatiku. Aku tahu,aku seharusnya rajin berangkat sekolah di TK sekolahku yang baru, banyak teman-teman di
sana yang seharusnya membuatku bahagia bermain dengan mereka, ada bu guru yang
baik hati dan sayang kepadaku juga.
Tapi…… kenapa .aku sulit
untuk bahagia ? Berat bagiku untuk sekedar
senyum, jika aku senyum itupun karena kupaksakan , Aku tidak tahu sampai kapan aku
harus seperti ini. Rasa-rasanya sungguh berat kujalani hari-hariku.
“Iyas, ayo berangkat
sekolah nok……….itu sudah eyang siapkan semuanya,”sapa eyang di setiap pagi dengan sabar. Selalu ,reaksiku diam terpaku dengan tatapan
hampa. Sejak kepergian mama, bayang- bayang mama senantiasa hinggap di pelupuk
mataku, jiwaku perih saat mengingat
masa-masa indah bersama mama. Sampai hari ini aku masih belum bisa
menghapus bayangan mama dari relung jiwaku .Mama yang selalu mengisi
hari-hariku kini telah pergi selamanya.Tak terasa titik bening menetes dari
sudut mataku. Eyang memelukku erat merasakan kesedihanku pagi ini, “Nok…mama
sudah bahagia di sana, ayo kita doakan mama berada di syurga yang indah,”bujuk
eyang .
Dulu saat mama masih
hidup, walau mama sering pulang malam , aku selalu sabar menunggu mama di ujung
malam. Mama pulang saat aku dan adikku
sudah terlelap. Akan tetapi selalu ada yang dinanti di sepanjang
waktuku,tapi kini………..tidak ada lagi yang bisa kunanti, semua lenyap pelan-pelan bersama
harapan dan cita-citaku.
“Yas,ayo…..sana temani
adikmu beli jajan di toko mbak Nia.,”suara eyang membuyarkan lamunanku. “iya eyang,’jawabku singkat, seraya kuaggukkan kepalaku dan
beranjak pergi .
Kugandeng adikku menuju toko
kecil di tengah kampung itu. Biasanya ketika aku mogok sekolah,eyang tidak
pernah memaksaku dan mengalihkan perhatianku untuk beli jajanan di toko Mbak
Nia.
Sejak aku mulai enggan ke
sekolah , sekaramg rutinitasku di pagi hari mengunjungi toko Mbak Nia bersama
adik-adikku. Walaupun tokonya kecil tetapi lengkap menurutku. Dan yang terpentimg
tersedia permen kesukaanku.
Saat aku jajan di Mbak Nia
aku selalu berlama –lama di sana,sementara adikku kuantar pulang terlebih
dulu. Kemudian aku akan balik menemui
Mbak Nia. Sejak mama sakit-sakitan aku
sering main dengan Mbak Nia. Mbak Nia yang ramah dan mengerti aku,terkadang aku
ikut membantu menata makanan dan minuman di etalase. Aku senang ngobrol dengan
Mbak Nia.Mbak Nia selalu sabar mendengarkan celotehan-celotehanku dan menimpali
dengan kata-kata yang membahagiakanku. Mbak Nia benar-benaar mengerti kondisiku
saat ini.
‘Ayo yas,,bantu mbak
menata barang-barang ini,kata Mbak Nia dengan ramah. ‘Okey mbak,siap,,,kataku
dengan gembira. Langsung kuraih barang dagangan mbak Nia dengan cekatan ku tata
rapi di rak –rak yang sudah disediakan. Setelah kubantu menata makann biasanya
aku akan dapat permen dari Mbak Nia, lumayan lah , pikirku.
“Besok kamu bawa buku dan pensil ya Yas……..nanti
kuajari membaca dan menulis ,kata Mbak Nia.”Bukunya berapa mbak?”tanyaku dengan
semangat..”Satu saja, ujar Mbak Nia.
Akhirnya selama sepekan
setiap pagi aku selalu membawa tas untuk belajar di toko Mbak Nia. Eyang mendiamkan apa yang kulakukan setiap pagi,beliau
tersenyum bahagia melihatku, membawa tas umtuk belajar di toko Mbak Nia dan
tentunya tak lupa eyang memberiku uang jajan.
Tak terasa aku mulai
menemukan sedikit kebahagiaan,walaupun tidak sepenuhnya menghapus kesedihanku
saat ini. Kutemukan sosok yang baik hati dan perhatian dalam diri Mbak Nia,aku merasa nyaman.
“Oh ya ,besok sampaikan ke
eyang kamu sama adikmu ikut outbond TPA ya,gratis gak usah bayar,”bujuk Mbak
Nia selesai kutulis angka angka .
Kuanggukan kepalaku pelan. Besok Mbak Nia juga ikut kok, mendampingi Iyas dan
adikmu, si Roy, kata Mbak Nia menguatkan tekadku untuk ikut.
.Biasanya aku selalu hadir
di TPA untuk mengaji,tapi setelah mama tiada,aku agak berat untuk
berangkat,mama dulu sering mengantarku dan menungguiku sampai aku selesai mengaji,
Di malam hari semua barang yang akan kubawa outbond besok
semua sudah tertata rapi, menjelang jam 06.00
pagi, ada perasaan berat mengikuti
outbond…sampai akhirmya kudemgar suara motor di dekat teras rumahku….Ayo yas,berangkat,suara
Mbak Nia menyapaku ramah, Aku gelengkan kepalaku sambil menunduk dan diam
seribu bahasa. Ayo…….ya sudah nanti mbak Nia kesini lagi ya menjemputmu.
Kupandangi tasku yang sudah kutata tadi malam,aku mulai melamun lagi…kalau aku
pergi outbond nanti …ga ada mama yang menemaniku….tiba –tiba menetes lagi air
mataku…..Ya Allah aku masih berat melupakan mama. Semua temanku pasti bersama
ibu mereka,sedangkan aku…………..semakin deras kurasakan airmataku menetes.
“Ayo yas,sudah ditunggu
teemn temanmu, kata Mbak Nia yang tiba
–tiba muncul di depanku. Akhirnya dengan perasaan berat kuikuti Mbak Nia dari
belakang.”Aku harus mencoba lagi bermain dengan teman-temanku,”pikirku
Sesampai di tempat outbond
,aku masih belum mau bergabung dengan teman-temen,mereka hanya kupandangi dari
kejauhan , Bu Aminah,guru TPA memanggilku lembut , Ayo yas sini main ,
bujuknya . Melihat permainan yang seru dan suasana yang riuh rendah, akhirnya
dengan sukarela kuikuti permainan demi
permainan. Bu Aminah selalu berada di sampingku, mungkin beliau tahu kalau aku
masih belum sepenuh hati mengikuti rangkaian outbond. Saat sesi menyanyi aku
akhirnya ikut juga walau terkesan kaku, Bu Aminah sedikit demi sedikit mengkondisikan
aku supaya in group dengan teman-temanku. “ Terimakasih, bu atas kebaikanmu,”
kuucapkan dalam batinku . Aku baru tahu
kalau yang mengratiskan aku untuk ikut outbond Bu Aminah,beliau memang sosok
guru TPA yang lembut dan selalu memotivasiku. Jika aku lupa melafalakn huruf
hijaiyah,dengan sabar beliau menuntunku dan menyemangatiku
Tak terasa
hari mulai beranjak terik, tibalah sesi terakhir menangkap ikan, semua anak
boleh menangkap ikan dengan menggunakan baskom plastik berlubang, Aku masih
malu –malu untuk megikutinya………”.Ayo yas,ikut masuk ke kolam,”suara Bu Aminah
dari belakang. “Ayoooo… ,kata Bu Aminah
sambil menuntunku untuk masuk ke dalam kolam, akhirnya kuturuti juga permintaan Bu Aminah. “Ayo, ayo semua ikan
boleh dibawa pulang ,:teriak Bu Aminah menyemangati kami semua . Alhamdulillah, Roy dapat lima,
Fatih dapat 10, Kevin dapat 3, Salma 5…..ayo yang lain semnagat lagi tangkap
ikannya …….eh iyas dapat 2 ayo yas cari lagi…..kata Bu Aminah menyemangatiku. “Adik-adik
waktu sudah habis ya,silahkan kalian masukkan ikannya di plastik yang sudah
disediakan, bagi yang tidak dapat ikan tangkapan nanti akan dikasih
kakak..:Kata Instruktur outbond. “Yah..aku cuman dapat tiga,seruku lirih. Susah bagiku mengambil ikan di air yang
keruh,selama ini aku tidak pernah bermain
di air menangkap ikan,waluapun di samping rumah ada selokan yang sering
digunakan untuk bermain anak-anak di
kampungku.
“Alhamdulillah iyas dapat
3 yeee ……, ujar Mbak Nia dan Bu Aminah bersamaan.Ku balas komentar mereka dengan senyumku yang paling manis,
setelah sekian lama kurasakan senyumku
beku.
Setelah semua memegang
plastik berisi ikan. kami kemudian naik ke mobil pick up utuk pindah ke gazebo
tempat awal kami menaruh barang tadi. Ada rasa bahagia yang hadir di hatiku
hari ini, walau bajuku kotor dan aku sedikit lelah tapi aku bahagia apalagi
saat melihat ekspresi teman-teman . Di atas mobil mereka menceritakan upaya
masing-masing untuk mendapatkan ikan. Aku hanya berbisik dengan Rini,teman Tk
ku. Alhamdulillah…aku merassa bahagia, mulai terurai sedikit demi sedikit
bebanku. Ternyata aku punya orang-orang yang menyayangiku, ku merasa semua sayang kepadaku.
“Mama…..Mama bahagia di syurga ya Ma…Iyas ikhklas mama pergi,bisikkku dalam hati.
Setelah turun dari pick up ,“Iyas, ayo
mandi sekalian bawa baju ganti ya, suara lembut Bu Amninah
mengagetkanku…”iya..iya bu,jawabku pendek, Segera kuambil tasku yang berisi
ganti baju ke kamar mandi. Sambil menuggu antrian mandi aku tersenyum sendiri.
Sungguh hari ini kutemukan kembali sebentuk
bahagia yang hadir di dalam
diriku. “Jika orang tua kita sudah meninggal maka doa anaknya akan selalu
dinantikan,karena salah satu amal yang diterima oleh Allah adalah doa anak
sholeh dan sholehah,”tiba –tiba terlintas kuingat kata –kata Bu Aminah saat mengajar
klasikal di TPA….”Mama…..kan selalu kudoakan engkau di sepanjang waktu yang kumiliki, semoga Mama bahagia di
sisiNya,doakan Iyas bisa menjadi kebanggan mama ya ma….,”janjiku dalam hati.
Byurrr,,,segarnya air mengguyur
badanku ………..ayo yas, gantian dong lama banget,”teriak Rini yang tak sabar
menunggu antrian mandi seraya mengetuk pintu kamar mandi dengan pelan. “iya
iya….,jawabku sambil tersenyum. Mulai
hari ini dan seterusnya aku berjanji untuk bahagia dan ikhlas melepas kepergian
Mama,aku harus jadi Iyas yang pintar,sholehah dan mandiri.
Naning Maryanti